Merbabu Via Suwanting


Yang bahaya dari maraknya fenomena pendakian gunung adalah kesombongan atas eksistensi. Bukannya seorang setelah mendaki berefleksi untuk menjadi rendah diri malah semakin mendaku dan berbesar kepala. Hal itu banyak terjadi, entitas pendakian setiap orang berbeda-beda, ada yang mendaki karena terbawa arus tren masa kini, ada yang mendaki karena untuk tujuan konservasi, ada yang mendaki untuk having fun dan ada yang mendaki untuk tujuan memang untuk berkontemplasi. Tidak ada yang salah dari semua itu, namun apakah kita sudah bertanggungjawab akan kode etik pendakian? jangan sampai mereduksi sedikitpun esensi yang terkandung didalamnya. Sudah banyak korban meninggal digunung karena faktor human eror, sudah banyak ekosistem gunung yang terdegradasi oleh riuhnya pendaki yang tidak memiliki sedikitpun kasih sayang terhadap alam, contoh kecilnya adalah sampah.


Bagi seorang yang dikader sebgai pecinta alam mereka berasumsi bahwa, pendaki-pendaki yang terbawa tren adalah manusia bebal yang tidak mau melek akan aturan dan pengetahuan. Bahkan temanku yang seorang mahasiswa pecinta alam merasakan malas untuk mendaki karena gunung kini semakin ramai dan tidak memiliki kesan sakral lagi. Walaupun untuk sebagian orang kondisi ini dijadikan lahan mencari rezeki tapi tetap saja sebagai manusia yang katanya harus memiliki peri kemanusiaan, kita selayaknya jangan terlalu mengekploitasi alam. Alam dibentuk untuk berdampingan dengan kita, manusia. Sudah sewajarnya selain merasakan nikmat dan indahnya alam kita juga harus mau merawatnya. Bagaimana cara merawat? tidak sempat ikut kegiatan konservasi, ikutlah untuk mengkampanyekan konservasi, bisa juga dengan berdonasi. Tidak bisa ikut kegiatan bersih gunung, ikutlah untuk tidak meninggalkan sampah digunung ketika mendaki. Tidak bisa ikut memandamkan api ketika gunung kebakaran, ikutlah untuk tidak membuat api unggun diatas gunung.

Alasanku mendaki memang bukan untuk ikut-ikutan tren, aku tidak mencari pembenaran tapi aku mendaki memang lebih karena ingin berkontemplasi, ingin mengenali diriku sendiri, ingin merubah sifat dan mental lamaku. 15-16 Oktober 2016 hari baik itu aku mendaki bersama beberapa teman baru lagi, ada bagas, ada mas andi, mas Kalimantan (aku lupa namanya :p) dan mbak celo yang tomboy, yang lainnya adalah teman yang sudah duluan ku kenal, ada cahyo (teman kuliah), patrice (teman mendaki sindoro). Kita berencana untuk melakukan pendakian gunung merbabu via suwanting. Jalur Suwanting ini tergolong baru dengan pemandangan yang tak kalah asik dibandingkan jalur Selo. Jalur yang pertama kali dibuka atas inisiatif pemuda atau komunitas pemuda di Dusun Suwanting ini tentu tak lepas juga atas restu dari sesepuh desa untuk membuka jalur ini.

Dibuka sejak tanggal 15 maret 2015 lalu jalur ini mulai di buka diresmikan dan sudah bisa dinikmati oleh para pendaki. Lewat jalur ini kita bisa menikmati 2 puncak merbabu yaitu Puncak Suwanting dan Puncak Kenteng Songo. 

Kami janjian untuk bertemu dibeskem suwanting, aku dan cahyo dari jogja. Patrice, bagas, celo, mas andi dan mas kalimantan dari solo. Pukul 1 siang kami memulai pendakian. Seperti biasa aku adalah pejalan yang lambat, berjalan selalu mengambil posisi didepan sweeper paling belakang. 

Dari pos 1 menuju pos 2, ada beberapa titik yang akan dilewati; Lembah Gosong, Lembah Cemoro, Lembah Ngrijan dan Lembah Miloh. Di jalur Suwanting kita akan menemukan 3 pos air.

Pendakian dari pos 1 menuju pos 2 masih lumayan ringan, jalur pendakian masih dihiasi oleh tanaman vegetasi yang sangat lebat. Waktu tempuh pos 1 sampai pos 2 sekitar 1,5 sampai 2 jam. Beristirahat secukupmya dipos 2 kami pun beranjak melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya.

Pos 2 menuju pos 3 merupakan jalur yang menanjak dan berat, dibeberapa titik terdapat tali untuk membantu pendaki berjalan naik. Jalur menuju pos 3 lumayan licin sehingga butuh tenaga ekstra untuk melangkah. Kondisi vegetasi masih lumayan lebat namun kita sudah bisa melihat tebing-tebing merbabu yang hijau dan menyejukan mata. Kami butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai pos 3. Di pos 3 ini merupakan camping ground sehingga berenam kami sepakat untuk mendirikan tenda.



Angin sangatlah kencang dengan mudah menerpa tenda-tenda para pendaki, karena dipos 3 ini tidak terhalang vegetasi pohon.

Sembari menunggu malam, kami saling mengakrabkan diri untuk lebih mengenal satu sama lain sampai terlelap. 

Malam telah lewat, pagi pun datang menyapa. Kami telat bangun sehingga tidak melihat indahnya sunrise merbabu. Syedihh uwuwuuw uhh.

Patrice yang gemar masak pun langusung bergeliat menyiapan masakan terbaiknya untuk mengisi kekosongan perut kami ini sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Persis deskripsi saya dipengantar tadi, camping ground ini dipenuhi pendaki yang masih kurang aware terhadap alam, tisu basah dimana-mana, sampah dibiarkan berserakan dan ditinggalkan, ah ironi pengaruh zaman. 


Perjalanan menuju puncak suwanting satu dari kami harus kembali ke tenda karena kakinya sudah tidak bisa diajak kompromi. Berlima kami melanjutkan perjalanan, sungguh sabana-sabana jalur suwanting ini menyita perhatian kami. 1,5 jam kami sampai di puncak suwanting. Istirahat sebentar, memuaskan dahaga eksistensi dengan berfoto kemudian melanjutkan perjalanan. 




Jalur ini ternyata banyak digunakan pegiat sepeda downhill untuk meyalurkan hobinya.
Ada momen menarik ketika menuju Puncak Triangulasi, si Bagas tidak sengaja bertemu dengan sang mantan pacar yang sedang mendaki bersama teman laki-lakinya, dan usut punya usut mereka hanya berdua dan satu tenda.Duh nggerus deqq, raut wajah Bagas kelihatan memerah, entah karena malu atau marah hehehe.

Sekitar 1,5 jam kemudian kami berlima sampai dipuncak triangluasi (Kenteng Songo). 

Sebelum lewat jalur suwanting, aku pernah mendaki Merbabu via Selo yang menurut impresiku kedua jalur ini memang benar memiliki pemandangan yang luar biasa, apalagi sabana-sabananya. 

Rasa syukur kami panjatkan ketika sampai di puncak. Setelah puas mengabadikan momen kebersamaan kami pun turun menuju Pos 3.

Perjalanan turun pun kami penuhi dengan rasa suka cita walaupun mengingat jalur yang kami lalui dr pos 3 menuju pos 2 sangatlah licin.

Sesampainya di beskem kami istirahat sejenak, ngobrol santai lagi, makan dan berpamitan satu sama lain untuk pulang menuju kota masing-masing.

Terima kasih kami ucapkan kepada Merbabu atas alamu yang indah ~






Komentar

Postingan Populer