Di Rimbamu Gunung Sumbing 3371 MDPL



Candu itu benar adanya Kopi, Rokok, 3gp, kentut, dan ah apa saja lah. Setiap orang pasti memiliki candu terhadap suatu hal yang biasanya mereka jadikan hobi. Semenjak pendakian pertama saya ke gunung merbabu saya merasa tidak kapok, justru momen tersebut menjadi awal bagi saya untuk benar - benar survive di dunia lingkungan. Gunung mengajarkan saya banyak hal, dari mulai keteguhan, bijak dalam mengambil keputusan dan rasa hormat terhadap alam dan lingkungan. Hingga akhirnya di masa kuliah tingkat akhir saya mengambil penjurusan kesehatan lingkungan.

Sampai saat ini saya aktif dalam menekuni candu yang menggerogoti pikiran dan jiwa saya dan kali ini bercerita tentang sang gunung sumbing yang pabila dilihat dari kejauhan terlihat hijau dan subur. Seperti halnya merapi dan merbabu yang seakan kembar berdampingan. Gunung Sumbing juga mempunyai kembaran yakni gunung Sindoro, mereka berdua hanya dipisahkan sawah dan jalan yang membentang. Gunung sumbing memiliki tiga jalur pendakian yakni via cepit, bogowongso dan Garung. Jalur garung merupakan jalur favorit yang dilewati para pendaki karena jalur ini lebih pendek dan bagus pemandanganya.

Pendakian saya ke gunung sumbing adalah pendakian yang tidak terencana. Sebenarnya saya dan rombongan ingin mendaki gunung sindoro namun kala itu ketika di hari H keberangkatan kami mendapat kabar gunung sindoro sedang terbakar hebat sehingga kami memutuskan untuk menjeladjah gunung sumbing saja.

Rombongan pendakian kali ini berjumlah 6 orang, ada saya, yugo, cahyo, soke, mas rizal, dan mas faishal. Dari ber- enam ini hanya 3 orang yang sudah berpengalaman mendaki yakni saya, cahyo dan soke. Tak apalah kami hanya manusia yang bosan akan rutinitas, ketika ada teman yang ingin ikut mendaki sekalipun baru pertama kali sudah sepatut nya kami yang sudah sedikit berpengalaman menuntunya mendapatkan kebahagian dengan bersua dengan alam.

Basecamp garung 22 september 2015 pukul 23.00
Dari basecamp pendakian gunung sumbing ini terlihat jelas kobaran api yang ada di beberapa titik di gunung sindoro malam itu. Berharap sekali semoga api cepat padam dan pendaki yang masih berada diatas dapat turun dengan selamat.

Jalur pendakian via garung terbagi menjadi jalur lama dan jalur baru, dimana kedua jalur ini akan bertemu di pestan, sebuah daerah landai yang berada di atas pos 3. Jalur baru kami pilih untuk start pendakian.

Basecamp – pos 1(malim)
Melewati pemukiman warga, kemudian jalur yang kami lewati adalah jalur makadam yang disamping kanan kirinya adalah perkebunan warga. sampai nanti menemukan sebuah tugu kecil sebagai tanda batas perkebunan warga dengan hutan sumbing. Estimasi waktu basecamp ke pos 1 1,5 jam-2 jam.

Pos 1 – Pos 2 ( gatakan )
Jalur menuju pos 2 memang cukup panjang, membutuhkan waktu 2,5-3 jam untuk mencapainya. Vegetasi pepohonan heterogen semakin lebat dan track nya semakin menanjak. Di pos 2 kita bisa mendrikan tenda namun area nya tidak begitu luas. Saat itu kami perlu waktu 4 jam lebih untuk sampai pos 2 karena kawan saya yang baru pertama kali mendaki sudah kelelahan sehingga kami banyak berhenti untuk beristirahat.

Pos 2 – Pos 3
Jalur yang dilewati masih sama banyak pepohonan rindang , track menanjak , dan batu-batu besar di tengah track. Ada beberapa jalur yang menyempit sehingga harus berhati-hati ketika melewatinya. Perlu waktu 2 jam untuk sampai pos 3 dari pos 2. Ketika akan sampai di pos 3 vegetasi pepohonan sudah mulai berkurang dan diganti oleh tebing-tebing batu yang cukup menguras tenaga untuk melewatinya.

Pos 3 – Pestan
Ke pestan hanya butuh 15 menit aja dari pos 3, areal pos 3 dan pestan adalah area yang sering digunakan pendaki untuk mendirikan tenda.  Saat itu pukul 8 pagi kami sampai pestan dan sepakat mendirikan tenda disini. Di pestan ini kami bisa melihat secara jelas pemandangan apik gunung sindoro tanpa terhalang rindangnya pohon.

pestan

penampakan gunung sindoro dari pestan


Dari 6 rombongan pendakian kali ini. Hanya saya dan cahyo yang memutuskan untuk ke puncak sementara yugo, mas faisal dan mas rizal sudah terlalu kecapekan untuk meneruskan perjalanan sehingga memilih beristirahat di tenda sedangkan soke yang sudah pernah mendaki sumbing sebelumnya memilih untuk menemani mereka bertiga. Jam 12 siang saya dan cahyo start pendakian dari pestan menuju puncak.

Pestan – Pasar Watu
Track yang kami lewati adalah track menanjak dengan batu-batu besar berserakan di sepanjang jalur. Butuh waktu 1 - 1,5 jam untuk sampai pasar watu. Waktu terasa lama karena jalur yang dilewati sangatlah berat dan membutuhkan tenaga ekstra.

Pasar Watu – Watu kotak
“Nyerah gue nyerah yok” teriaku kepada cahyo yang mungkin dia juga merasakan hal yang sama seperti saya. Raut wajah kami menunjukan rasa lelah yang amat sangat. Track yang kami lalui semakin menanjak dan semakin menjadi- jadi dan kanan – kiri jalur yang kami lalui adalah tebing jurang sehingga membuat nyali kami agak sedikit ciut. Tapi semua itu terbayarkan saat melihat eloknya sabana yang berada di bawah track yang kami lalui. Pikirku belahan dada biduan dangdut mungkin tidak seindah sabana ini . hehe o ya dibutuhkan waktu 1,5 - 2 jam untuk sampai watu kotak.

Watu Kotak – Puncak
Dari watu kotak masih 1 jam lagi menuju puncak. Bebatuan besar masih mendominasi jalur. Menuju puncak, tanjakan yang kami lalui tiada ampun. Kadang kami harus memanjat dan menapakan kaki di sela-sela bebatuan besar. Sungguh apa ini yang disebut ujian hidup, berat sekali :p.

Puncak Buntu 15.30 WIB
Tuhan segala ciptaanmu sungguh luar biasa. Dari beberapa gunung yang telah saya daki disinilah saya benar-benar merasakan kerja yang begitu keras untuk mendapatkan kebahagiaan yaitu puncak. Walaupun hanya sampai puncak buntu perasaan hati ini begitu senang. Karena sebenarnya ada puncak yang lebih tinggi lagi daripada puncak buntu yakni puncak sejati. Namun karena cuaca kala itu sudah mulai gerimis dan angin semakin kencang saya dan cahyo tidak berpikiran untuk melanjutkan ke puncak sejati dan akhirnya memilih untuk turun.


puncak buntu

Waktu telah memeluk pukul 18.10 WIB, kami berdua sampai kembali di pestan dan bertemu rombongan. Setelah mengemasi barang dan tak lupa memunguti sampah yang berada di sekitar tenda kami memutuskan untuk segera turun, karena kebetulan besok adalah Idul Adha kami tidak mau melewati momen besar tersebut.

Kami turun melewati jalur lama, saya kira penderitaan ketika menuju puncak akan berakhir tapi penderitaan itu saya rasakan lagi ketika harus turun melewati jalur lama, track nya berpasir dan berdebu serta licin. Badan ini berulang kali terpelanting , kaki berulang lagi terpeleset. Menurut saya recomended jalur baru saat kita mendaki maupun turun dari gunung sumbing karena track nya tidak seberat jalur lama. Saya gak bisa ngebayangin apabila saat naik kemarin lewat jalur lama pasti gak bakalan sampai puncak pikirku.

Dan saran aja ketika sampai di pos 1 nanti, apabila kalian masih sayang sama kaki mending sewa ojek saja untuk turun menuju basecamp . Dari pos 1 jalur lama untuk turun menuju basecamp diperlukan waktu 2,5-3 jam lagi dan melewati jalan yang terbuat dari makadam (batuan yang ditata rapi).

Benar-benar di rimbamu gunung sumbing saya merasakan lelah yang berarti dan senang yang menjadi. Gunug sumbing di rimbamu segala momen ini akan terngiang di benak dan hati.


Jadi normalnya ketika mendaki gunung sumbing adalah 8 – 9 jam . Dan waktu tempuh untuk turun setengah dari waktu untuk naik. Biaya restribusi pendakian tidak lebih dari 10 ribu rupiah. Parkir motor di basecamp garung 3 ribu rupiah saja. Sewa ojek 25 ribu sekali jalan. Teman-teman sekalian selamat mencoba bertemu rimbanya gunung sumbing, selamat semangat dan selamat berkeringat :D. Allah bersama kalian.





Referensi :
Bluetripper.com
Explore1indonesia.blogspot.com
Infopendaki.com

Komentar

Postingan Populer